Mobile gaming telah menjadi hiburan penting bagi Gen Z dan Gen Alpha yang merupakan penggerak utama pertumbuhannya. Seiring dengan meroketnya adopsi ponsel cerdas dan kemajuan teknologi seluler, generasi-generasi ini membentuk kembali game seluler dengan preferensi dan kebiasaan yang unik. Basis pengguna dari generasi ini adalah yang paling dinamis dalam hal pilihan dan preferensi. Pada tahun 2025, memahami ekspektasi mereka akan sangat penting bagi pengembang game yang ingin menarik perhatian mereka di pasar yang padat.
Lanskap Game Seluler untuk Gen Z dan Alfa
Baik Gen Z maupun Alpha adalah generasi asli digital, dan game seluler merupakan bagian integral dari kehidupan mereka sehari-hari. Menurut App Annie, 66% Gen Z lebih menyukai game seluler, dan Gen Alpha diperkirakan akan melampaui angka ini seiring pertumbuhan mereka dengan perangkat sebagai sumber hiburan utama.
Wawasan penting mengenai kebiasaan bermain game seluler mereka:
- Selalu Terhubung: Game seluler menarik bagi gaya hidup mereka yang aktif, dengan 70% gamer Gen Z bermain game saat istirahat singkat atau dalam perjalanan.
- Dominasi Permainan Gratis: Mayoritas orang tertarik pada game gratis yang dilengkapi pembelian dalam aplikasi, hal ini sejalan dengan preferensi mereka terhadap fleksibilitas dalam pembelanjaan.
- Berorientasi Sosial dan Komunitas: Game itu seperti Platform yang mendorong interaksi sosial, yang menjadi prioritas bagi kedua generasi.
Tren Game Seluler di kalangan Gen Z dan Alfa Diharapkan pada tahun 2025
Tren game dalam dua tahun terakhir menunjukkan bagaimana beberapa tren transformatif akan menentukan kebiasaan bermain game seluler para pemain generasi berikutnya pada tahun 2025 dan seterusnya.
1. Game Hyper-Casual sebagai Ruang Sosial
Game hiper-kasual, yang dulu terkenal karena kesederhanaan dan gameplaynya yang cepat, kini berkembang menjadi ruang sosial yang berkembang pesat. Pemain muda, khususnya Gen Z dan Alpha, menghargai koneksi online dan memandang game sebagai perpanjangan dari kehidupan sosial mereka. Studi menunjukkan bahwa 60% gamer Gen Z bermain untuk berinteraksi dengan teman, dan game hiper-kasual memanfaatkan hal ini dengan menggabungkan fitur-fitur seperti obrolan suara real-time, perpesanan, dan emoji ekspresif. Integrasi sosial ini mengubah gameplay soliter menjadi pengalaman dinamis berbasis komunitas.
Selain itu, pasar game hiper-kasual diproyeksikan tumbuh sebesar $15 miliar pada tahun 2025, dengan fitur sosial menjadi pendorong pertumbuhan yang signifikan. Fungsionalitas multipemain, tantangan berbasis tim, dan acara komunitas rutin dapat memperdalam keterlibatan pemain dan menciptakan rasa memiliki. Pengembang yang memprioritaskan fitur-fitur ini tidak hanya akan menarik lebih banyak audiens tetapi juga membuat pemain tetap berinvestasi dalam game mereka lebih lama, menjadikan game hiper-kasual sebagai perpaduan antara hiburan dan jejaring sosial.
2. Permainan Lintas Platform Mendominasi Seluler
Pemain Gen Z dan Alpha semakin menuntut pengalaman bermain game yang lancar di berbagai perangkat, yang mencerminkan gaya hidup digital mereka yang lancar. Meskipun perangkat seluler tetap menjadi platform game pilihan mereka karena aksesibilitasnya, PC dan konsol masih menjadi bagian integral dari kebiasaan bermain game mereka. Penelitian menunjukkan bahwa 70% gamer Gen Z sering berpindah antar perangkat, dan 65% lebih memilih game yang memungkinkan pengembangan lintas platform. Pada tahun 2025, diperkirakan lebih dari 50% game seluler teratas akan mendukung permainan lintas platform, memenuhi permintaan ini. Tren ini tidak hanya meningkatkan keterlibatan pemain tetapi juga meningkatkan retensi dengan memungkinkan gamer melanjutkan permainan mereka, apa pun perangkatnya.
Bagi pengembang, kompatibilitas lintas platform menawarkan keunggulan kompetitif, memberikan pengalaman pemain terpadu yang mendorong pertumbuhan dan loyalitas komunitas. Seiring dengan kemajuan teknologi seluler dan konektivitas 5G yang semakin meluas, game lintas perangkat yang lancar akan menjadi fitur penting agar tetap relevan dalam ekosistem game yang semakin saling terhubung.
3. Personalisasi Melalui AI
Kecerdasan Buatan (AI) membentuk kembali game seluler dengan memungkinkan pengalaman pemain yang sangat terpersonalisasi. Pemain Gen Z dan Alfa, yang terbiasa dengan interaksi digital yang disesuaikan, mengharapkan game mencerminkan preferensi mereka. Sebanyak 85% gamer seluler Gen Z melaporkan bahwa penyesuaian, seperti membuat avatar unik atau mengubah pengaturan gameplay, secara signifikan meningkatkan kesenangan mereka. AI memfasilitasi hal ini dengan menganalisis perilaku pemain dan menghasilkan konten adaptif, mulai dari tantangan yang dipersonalisasi hingga alur cerita yang dinamis. Misalnya, pembuatan prosedural yang didukung oleh AI memastikan bahwa tidak ada dua pengalaman gameplay yang identik, sehingga mempertahankan kepentingan jangka panjang.
Pada tahun 2025, mekanisme berbasis AI diperkirakan akan menjadi fitur inti di 75% game seluler, sehingga memungkinkan pengembang untuk menciptakan pengalaman yang disesuaikan dalam skala besar. Selain itu, wawasan yang didukung AI membantu pengembang memprediksi pergantian pemain dan mengoptimalkan strategi monetisasi, menjadikannya alat penting untuk kreativitas dan bisnis. Seiring dengan berkembangnya kemampuan AI, potensi personalisasi dalam game seluler akan semakin meningkat, sehingga memastikan pengalaman pemain yang lebih menarik dan berkesan.
4. AR dan Mixed Reality di Seluler
Augmented Reality (AR) dan mixed reality mengubah game seluler dengan memadukan pengalaman dunia maya dan dunia nyata. Dengan pasar game AR seluler global yang diperkirakan akan melampaui $20 miliar pada tahun 2025, pengembang semakin mencari cara inovatif untuk mengintegrasikan AR ke dalam game mereka. Sebuah survei baru-baru ini mengungkapkan bahwa 40% gamer seluler berusia di bawah 25 tahun sangat tertarik dengan game yang dilengkapi AR, dengan alasan bahwa aspek imersif dan interaktif adalah daya tarik utamanya. Gameplay berbasis lokasi, pemetaan 3D, dan pengenalan objek dunia nyata membuat game lebih menarik, mendorong eksplorasi dan interaksi sosial.
Seiring dengan meningkatnya kemampuan AR ponsel pintar, berkat kemajuan dalam perangkat keras dan konektivitas 5G, game AR akan menjadi lebih mudah diakses oleh pemain biasa. Pengembang dapat memanfaatkan tren ini dengan menciptakan pengalaman yang memungkinkan pemain memadukan lingkungan sekitar mereka dengan elemen permainan virtual, baik melalui perburuan, teka-teki kooperatif, atau tantangan kompetitif. Perpaduan AR dengan game seluler bukan sekadar hal baru dalam teknologi; ini mewakili garis depan berikutnya dalam menciptakan pengalaman pemain yang mendalam dan bermakna.
Kata terakhir
Masa depan mobile gaming terletak pada adaptasi terhadap preferensi Gen Z dan Alpha yang terus berkembang. Generasi ini menuntut lebih dari sekedar gameplay—mereka mencari pengalaman yang imersif, personal, dan menarik secara sosial. Pengembang harus berinovasi dengan AI, AR, dan praktik berkelanjutan agar tetap relevan.
Pada tahun 2025, game seluler akan ditentukan oleh permainan lintas platform, personalisasi yang berlebihan, dan interaksi sosial yang bermakna. Pengembang yang memprioritaskan tren ini tidak hanya akan menarik perhatian para gamer generasi berikutnya, namun juga mendorong keterlibatan jangka panjang dalam pasar yang berubah dengan cepat.
Untuk studio game, kesimpulannya sederhana: Menerima perubahan. Gen Z dan Alpha menetapkan standar untuk game seluler, dan industri ini harus bangkit untuk memenuhi harapan mereka.