Gamer sering kali menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar untuk bermain game komputer. Usia rata-rata mereka telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Rata-rata gamer di AS saat ini berusia sekitar 35 tahun, dan sebagian besar gamer berusia 18 tahun ke atas. Ada lebih dari 150 juta orang Amerika yang rutin bermain video game. Gamer memainkan berbagai macam permainan, termasuk permainan aksi, permainan strategi, dan permainan penembak orang pertama. Semakin banyak bukti dari penelitian menunjukkan bahwa bermain game berdampak pada otak. Penelitian siswa terhadap perubahan ini menunjukkan beberapa temuan menarik.
Bagaimana Game Komputer Seperti Valorant Mempengaruhi Otak?
Penelitian siswa
Salah satu bidang penelitian siswa yang umum adalah untuk menentukan apakah pemain yang memainkan game kekerasan lebih rentan terhadap kekerasan dalam kehidupan nyata. Ada hipotesis bahwa video game memicu agresi dan menyebabkan kekerasan. Siswa harus mengajukan hipotesis untuk penelitian mereka agar dianggap ilmiah. Mereka harus menggunakan bukti dari sumber yang dapat dipercaya untuk menyangkal atau mendukung hipotesis ini. Sejauh ini penelitian belum berhasil menunjukkan hubungan sebab akibat antara bermain video game dan tindakan kekerasan di dunia nyata.
Mahasiswa di universitas dapat menyadari bahwa penelitian memakan banyak waktu sehingga mereka kehabisan waktu ketika harus menulis makalah. Mereka yang mencari bantuan tugas di Kanada dapat menghubungi bantuan online dari penulis profesional. Para penulis ini memiliki pengalaman pendidikan dan latar belakang untuk mengetahui cara menulis esai. Mereka akan mengutip sumber secara akurat untuk memastikan esai bebas plagiarisme dan memenuhi standar akademis. Siswa dapat memberikan instruksi dan melakukan revisi tanpa batas hingga makalah tersebut benar-benar sesuai dengan kebutuhannya. Mendapatkan makalah dengan kualitas terbaik tepat waktu akan membebaskan Anda dari segala stres dan membuat Anda lebih percaya diri di kelas.
Metodologi penelitian mahasiswa
- Saat melakukan penelitian mengenai pengaruh bermain game pada otak, siswa perlu mempertimbangkan banyak faktor berbeda.
- Jumlah partisipan (penelitian kuantitatif memerlukan jumlah partisipan yang lebih banyak dibandingkan penelitian kualitatif).
Jenis permainan (Permainan yang berbeda memiliki efek yang berbeda
Demografi (usia, jenis kelamin, dll.)
Meskipun bermain game aksi dapat meningkatkan kemampuan visual-spasial, permainan strategi akan meningkatkan keterampilan pemecahan masalah. Tidak semua permainan sama dan reaksi individu terhadap permainan yang berbeda juga akan berbeda.
Saat ini siswa memiliki akses ke alat neuroimaging yang dapat mengukur aktivitas di otak. Salah satu alat neuroimaging yang mereka gunakan saat ini adalah Magnetic Resonance Imaging (MRI). Ini menghasilkan gambaran otak dengan menggunakan frekuensi radio dan gelombang magnet. Dalam EEG, elektroda ditempatkan pada kulit kepala dan ini menguji aktivitas listrik di otak. Siswa juga menggunakan tes perilaku untuk melihat seberapa baik peserta menjalankan fungsi tertentu. Misalnya, mereka mungkin melakukan tes memori untuk mengukur perhatian dan keterampilan visual-spasial.
Temuan dari penelitian
Pada bulan Mei 2017, tinjauan terhadap 116 studi ilmiah tentang video game dan pengaruhnya terhadap otak muncul di Frontiers dalam Ilmu Saraf Manusia. Dengan melihat seluruh penelitian, para ilmuwan ingin melihat apakah ada tren yang muncul mengenai pengaruh video game terhadap struktur dan aktivitas otak.
Para peneliti menemukan bahwa bagian otak yang berkaitan dengan perhatian lebih berkembang pada gamer dibandingkan non-gamer. Gamer juga memiliki persepsi visual yang lebih tinggi terhadap hubungan spasial antar objek. Pembesaran terlihat di hipokampus kanan pemain jangka panjang.
Temuan lain dari penelitian mengungkapkan bahwa bermain game dapat meningkatkan fungsi kognitif seperti waktu reaksi, memori, dan keterampilan memecahkan masalah. Temuan sebuah penelitian di jurnal Alam menunjukkan peningkatan kognitif pada orang dewasa yang lebih tua melalui penggunaan video game 3-D tertentu. Video game strategi tampaknya meningkatkan keterampilan pemecahan masalah pada orang dewasa yang lebih tua. Salah satu temuan negatif dari penelitian adalah potensi kecanduan game. Pecandu game menunjukkan perubahan struktural dalam sistem penghargaan saraf mereka dan cara kerjanya.
Implikasi penelitian
Penelitian menunjukkan bahwa permainan komputer memiliki potensi manfaat pendidikan dan terapeutik. Hal ini juga berpotensi menyebabkan kecanduan. Bermain game dapat membanjiri pusat kesenangan di otak dengan dopamin. Otak terprogram untuk mendambakan kepuasan instan, ketidakpastian, dan rangsangan. Bermain video game memuaskan keinginan tersebut. Mempraktikkan apapun secara berulang-ulang akan mengubah jalur saraf di otak. Struktur hadiah game yang tidak dapat diprediksi meningkatkan pengalaman.
Penelitian lebih lanjut diperlukan mengenai dampak positif dan negatif dari permainan komputer. Penting untuk mempertimbangkan kompleksitas dampak ini. Bermain game dapat memberikan informasi ke otak dengan cara yang memaksimalkan pembelajaran, namun juga dapat menyebabkan kecanduan. Menggunakannya untuk tujuan pendidikan atau terapeutik memerlukan kesadaran akan perlunya keseimbangan.